Senin, 18 Oktober 2010

banyak pikiran.

aku juga menulis buku harian sebetulnya. bukan cuman waktu smp aja sih. kadang, walaupn semakin jarang aku juga menulis. mungkin karena jarangnya aku manulis, buku harian itu kusentuh hanya jika aku benar-benar perlu menulis atau lebih tepatnya mengeluarkan semua yang ada di kepalaku. umumnya sih, nggak pernah ada kejadian senang yang perlu diekspresikan dalam bentuk tulisan. soalnya yah... kalo aku lagi senang setengah mampos, isinya pasti begini:

" OMG... anjrooong! kw pasti gak bakal nyangka kalo bagene bgone bgene... trus trus trus kan... tadi juga sempat jadi kangkung genjer kangkung genjer trus jadi bayam lohhh... aaaaaaaarrrrrhhghhh.... pkoknya manteplah. sampek gak tau aku lagi nyeritainya... pokonya is the beeeeesssttt...!!!!!!!"

ng... ya begitu deh kira-kira... iya tau, kedengarannya heboh gimana gitu, kadang jadi jijay sendiri kalau dibaca ulang. o mak! masak sih aku kekgini dulu? tapi, siapapun pasti punya sisi kekanakanya. yang kalo nggak ditunjukkan di depan umum yah di tempat-tempat yang lebih pribadi. kamar dan buku hariannya.

sebaliknya, kayak yang aku bilang tadi, semua isi buku harianku yang sekarang isinya berupa keluhan-keluhan panjangku terhadap semua masalah yang pernah singgah dan pastinya yang sangat mengganggu pikiran. sebenarnya kadang juga nggak sampe aku tuliskan si buku, kadang cuman aku pendam aja, dipikiri sendiri. ujung-ujungnya aku jadi bertambah tua, sakit kepala, jerawatan dan leherku jadi sakit. kedengarannya bukan kebiasaan yang baik ya? mengingat kalau aku punya masalah nggak pernah cerita-cerita sama siapa-siapa. paling juga sama adik perempuanku dan itu juga nggak pada masalah-masalah yang aku rasa benar-benar berat.
tapi, ya emang akunya yang begini. aku cuman merasa kalau kita mengeluh sama orang lain apalagi bukan cuman sekali, itu akan hanya menyusahkan orang lain. i mean, siapa sih yang mau mendengar orang yang mengeluh?? ya wajarlah mengeluh kalau hanya sebentar, tapi aku ini kalau mengkeknya udah dibawa bisa berlarut-larut nyerocos kalau nggak selesai masalahnya. jadi, ya diam saja.
dan yang jadi pelampiasan adalah si buku harian merah. yang tulisannya makin hari makin jelek dan isinya nggak pernah menyenangkan.
beda sekali dengan buku harian lamaku yang baru-baru ini ku baca ulang. semuanya lengkap. kesal, sedih, marah, sepi, tawa, cinta, malu dan tangisan... semuanya termemorikan dengan jelas...
belakangan ini aku menceritakan soal ini pada teman-temanku kalau sebenarnya hidupku ini nggak sesantai seperti yang terlihat. yah.. menurut mereka tu mungkin karena aku anak pertama jadi banyak sekali yang perlu dipikiri. hmm.. aku nggak terlalu yakin sih itu sepenuhnya bisa jadi jawaban walau tu ada benarnya juga. mungkin lagi-lagi aku aja yang terlalu melankolis. apa-apa bisa jadi bahan pikiran. sedangkan di tegur kasar di jalan yang dikenal aja aku bisa jadi kepikiran terus, dimarahin jadi kepikiran, di cuekin jadi kepikiran... pokonya semua hal-hal sepele dan nggak pernah aku ungkapkan.
jadi, bisa ditebak, kalau aku marah nggak pernah keliatan. wajahku nggak pernah menunjukkan bagaimana tepatnya suasana hatiku. mereka bilang ini artinya aku orangnya mature.. 
aku sendiri juga lagi-lagi kepikiran sama hal ini. berarti... jadi orang dewasa itu memang punya banyak pikiran ya? 
ternyata dunia yang penuh tawa segar dan riang itu hanya milik anak-anak...

mungkin aku memang harus lebih rajin lagi menulis. siapa tahu dengan itu pikiranku jadi agak sedikit lapang..



Tidak ada komentar: